HMPS SPI IAIN Manado Gelar Bedah Buku “Kronik Pertempuran Surabaya” Bersama Pusat Kajian Sejarah Peradaban Islam

 Manado, 17 Oktober 2025 – Himpunan Mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban Islam (HMPS SPI) bekerjasama dengan Pusat Kajian Sejarah Peradaban Islam IAIN Manado sukses menyelenggarakan kegiatan Bedah Buku yang berlangsung pada Jumat, 17 Oktober 2025 pukul 08.30 WITA di Gedung Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Manado.Buku yang dibedah berjudul “Kronik Pertempuran Surabaya: Media Asing…

By.

min read

WhatsApp Image 2025-10-18 at 23.18.37

 Manado, 17 Oktober 2025 – Himpunan Mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban Islam (HMPS SPI) bekerjasama dengan Pusat Kajian Sejarah Peradaban Islam IAIN Manado sukses menyelenggarakan kegiatan Bedah Buku yang berlangsung pada Jumat, 17 Oktober 2025 pukul 08.30 WITA di Gedung Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Manado.
Buku yang dibedah berjudul “Kronik Pertempuran Surabaya: Media Asing dan Historiografi Indonesia”. Kegiatan ini menghadirkan Ummul Hairunnisa sebagai pemateri dan Intan Putri Salaati sebagai moderator. Keduanya merupakan mahasiswa Prodi Sejarah Peradaban Islam semester III, yang menunjukkan semangat akademik dan kemampuan analisis mahasiswa SPI terhadap sumber-sumber sejarah.
Dalam pemaparannya, Ummul Hairunnisa menjelaskan bahwa buku ini menyajikan kronologi peristiwa Pertempuran Surabaya 1945 berdasarkan pemberitaan media asing, khususnya dari Inggris, Australia, Amerika, dan Belanda. Penyajiannya disusun secara kronologis sesuai tanggal terbit surat kabar, dibagi menjadi tiga bagian utama berdasarkan bulan penerbitan, yaitu Oktober, November, dan Desember 1945.
Lebih lanjut, buku ini dilengkapi dengan catatan historiografi dari sejumlah tokoh Indonesia seperti Prof. Osman Raliby dan Ruslan Abdulgani, yang memperkaya sudut pandang dalam memahami peristiwa heroik tersebut. Menurut narasumber, kehadiran buku ini menjadi pelengkap penting bagi referensi sejarah Pertempuran Surabaya, terutama dari sisi sumber media asing yang selama ini jarang dijadikan rujukan utama oleh peneliti sejarah Indonesia.
Salah satu temuan menarik yang diungkap dalam bedah buku ini adalah fakta bahwa Australia menolak memberikan bantuan pasukan kepada Inggris dan Belanda, meskipun termasuk dalam blok Sekutu pada masa Perang Dunia II. Bahkan, Amerika Serikat juga bersikap pasif terhadap tindakan militer Belanda dan Inggris terhadap Indonesia. Fakta-fakta ini memberikan perspektif baru terhadap dinamika politik internasional pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia.
Namun demikian, pemateri juga menyoroti kelemahan buku ini, yakni absennya pembahasan mengenai peran umat Islam dalam Pertempuran Surabaya. Padahal, tokoh-tokoh seperti K.H. Hasyim Asy‘ari dan ulama lain memiliki peran besar dalam mengobarkan semangat perjuangan melalui fatwa “Resolusi Jihad”, yang menjadi salah satu pemicu lahirnya perlawanan rakyat Surabaya.
Kegiatan ini mendapat apresiasi positif dari peserta, terutama karena menghadirkan pembahasan yang kaya akan sumber dan analisis kritis terhadap historiografi Indonesia. Bedah buku ini juga diharapkan menjadi langkah awal bagi mahasiswa SPI untuk terus mengembangkan minat riset dan memperdalam kajian sejarah berbasis sumber primer dan lintas perspektif.